Penulis: Fitra Rahmadani
Musik adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Hampir setiap hari kita berinteraksi
dengan musik dalam berbagai bentuk, baik melalui lagu yang kita dengarkan di ponsel, musik latar
di pusat perbelanjaan, jingle iklan televisi, hingga alunan musik di acara-acara tertentu. Keberadaan
musik terasa begitu dekat sehingga kita tidak pernah benar-benar terlepas darinya. Bahkan, tanpa
disadari, musik dapat memengaruhi pikiran dan suasana hati kita hanya dalam hitungan detik. Ketika
mendengarkan musik yang ceria, kita bisa ikut merasa bahagia dan lebih bersemangat. Sebaliknya,
musik sendu sering membuat pendengarnya larut dalam kesedihan hingga meneteskan air mata.
Fenomena ini tentu menimbulkan pertanyaan menarik: mengapa musik memiliki kekuatan besar
dalam mengubah mood manusia dengan begitu cepat?
Sejak lama para ilmuwan, psikolog, dan ahli dalam bidang saraf tertarik meneliti hubungan
antara musik dan emosi manusia. Musik bukan hanya sekadar kombinasi nada dan ritme, tetapi
merupakan stimulus yang dapat diolah secara kompleks oleh otak. Ketika musik diterima oleh indera
pendengaran, otak mulai bekerja memproses suara tersebut dan menghubungkannya dengan berbagai
bagian yang berperan dalam pengaturan emosi, memori, hingga respons fisik tubuh. Karena
keterlibatan banyak sistem saraf inilah musik dapat secara langsung memengaruhi kondisi emosional
seseorang.
Selain itu, musik sering kali memiliki hubungan khusus dengan pengalaman pribadi seseorang.
Setiap orang pasti memiliki lagu yang mengingatkannya pada momen tertentu, baik itu masa kecil,
pertemuan pertama dengan seseorang yang berharga, hingga masa ketika ia mengalami situasi sulit
dalam hidupnya. Ketika lagu tersebut terdengar kembali, otak langsung menarik memori lama
sehingga kita dapat kembali merasakan suasana emosional yang pernah menyertai momen tersebut.
Hal inilah yang membuat musik mampu menjadi “mesin waktu emosional” bagi manusia.
Musik juga digunakan sebagai sarana ekspresi yang sangat kuat. Banyak orang yang kesulitan
mengungkapkan perasaan melalui kata-kata pada akhirnya memilih musik sebagai media
pelampiasan emosinya. Ketika sedang sedih atau stres, mendengarkan lagu yang sesuai dengan
kondisi hati sering memberikan perasaan lega. Lagu seolah berbicara dan memahami apa yang sedang
kita rasakan tanpa perlu dijelaskan panjang lebar.
Tidak hanya berpengaruh pada perasaan, musik juga berperan dalam membangun hubungan
sosial. Lagu yang diputar dalam sebuah pesta atau konser dapat menyatukan orang-orang meskipun
mereka tidak saling mengenal. Nyanyian dan irama yang sama mampu menciptakan ikatan emosional
yang membuat manusia merasa menjadi bagian dari kelompok yang lebih besar. Musik menjadi
bahasa universal yang dapat dipahami siapa saja tanpa batasan usia, negara, maupun budaya.
Pembahasan
Penelitian dalam bidang psikologi dan neuroscience menunjukkan bahwa musik berhubungan
langsung dengan cara kerja otak. Ketika kita mendengarkan musik, otak mengaktifkan banyak area
sekaligus, termasuk bagian yang mengatur emosi, memori, dan pergerakan tubuh. Sistem limbik,
yaitu pusat pengendali emosi, menjadi bagian penting yang dipengaruhi musik. Musik dapat
diterjemahkan otak menjadi perasaan tertentu sehingga dapat membuat kita bahagia, sedih,
bersemangat, hingga nostalgia dalam waktu singkat.
Selain itu, musik dapat memengaruhi produksi hormon di dalam tubuh. Musik yang membuat
perasaan senang akan memicu pelepasan hormon dopamin yang berperan dalam rasa nyaman dan
bahagia. Musik lembut juga mampu meningkatkan hormon oksitosin yang membuat kita merasa lebih
tenang dan terhubung secara emosional. Maka tidak heran jika musik sering digunakan untuk terapi
stres dan kecemasan.
Musik memiliki hubungan kuat dengan memori. Lagu tertentu dapat langsung mengingatkan
kita pada seseorang, tempat, atau momen di masa lalu. Otak menyimpan memori emosional
bersamaan dengan musik yang didengarkan, sehingga ketika lagu itu diputar kembali, perasaan lama
dapat muncul kembali. Respons tubuh seperti detak jantung dan napas juga dipengaruhi oleh tempo
musik. Musik cepat dapat meningkatkan energi dan semangat, sementara musik lambat membantu
tubuh lebih rileks. Oleh karena itu, musik sering digunakan dalam kegiatan meditasi, ruangan
kesehatan, bahkan sebagai pendukung performa olahraga.
Secara evolusi, musik digunakan sebagai sarana komunikasi dan penguat ikatan sosial. Musik
dapat menciptakan rasa kebersamaan yang sangat kuat, misalnya saat konser, upacara, atau
pertandingan olahraga. Musik juga menjadi sarana ekspresi emosi yang sulit diungkapkan dengan
kata-kata. Setiap individu dapat merasakan efek musik yang berbeda bergantung pada pengalaman,
budaya, dan kondisi emosional masing-masing.
Tidak hanya itu, musik berperan besar dalam perkembangan otak anak sejak kecil,
meningkatkan kemampuan bahasa, kreativitas, dan fungsi kognitif lainnya. Dalam kehidupan sosial,
musik menyatukan manusia tanpa batasan usia, bahasa, maupun budaya. Bahkan dalam dunia kerja,
musik dapat mendukung produktivitas jika digunakan dengan tepat sesuai kebutuhan tugas.Namun,
musik juga berpotensi berdampak negatif jika tidak disesuaikan dengan kondisi emosional seseorang.
Musik yang terlalu sedih dapat memperburuk suasana bagi orang yang sedang depresi, atau
musik agresif dapat memicu kemarahan pada sebagian pendengar. Kemajuan teknologi juga membuat
musik semakin mudah diakses dan menjadi bagian penting dalam kehidupan modern. Playlist dan
aplikasi streaming yang disesuaikan dengan mood semakin menegaskan bahwa musik merupakan
komponen yang tidak terpisahkan dari kehidupan emosional manusia.
Kesimpulan
Musik merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan manusia yang mampu
memengaruhi suasana hati secara cepat dan kuat. Pengaruh ini bukan terjadi begitu saja, melainkan
karena musik secara langsung berhubungan dengan cara kerja otak dan sistem saraf manusia. Ketika
kita mendengarkan musik, otak akan mengaktifkan berbagai area yang bertanggung jawab terhadap
emosi, memori, hingga pergerakan tubuh. Proses ini kemudian menghasilkan reaksi emosional yang
membuat kita merasa senang, sedih, rileks, atau bahkan bersemangat hanya dalam hitungan detik.
Selain memberikan efek emosional, musik juga memicu produksi hormon tertentu seperti
dopamin dan oksitosin yang berperan dalam menciptakan perasaan nyaman, bahagia, serta rasa
kedekatan. Inilah mengapa musik sering dijadikan sebagai alat untuk mengurangi stres, kecemasan,
dan rasa lelah dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan banyak penelitian menunjukkan bahwa musik
dapat meningkatkan kualitas kesehatan mental seseorang, memperbaiki suasana hati yang buruk,
hingga membantu proses penyembuhan pada pasien gangguan psikologis maupun gangguan saraf.
Tidak hanya itu, musik memiliki ikatan erat dengan memori manusia. Lagu-lagu tertentu dapat
membawa kita kembali ke kenangan yang sudah lama berlalu dan menghidupkan kembali emosi yang
pernah dirasakan pada momen tersebut. Musik juga menjadi media yang efektif untuk
mengekspresikan perasaan yang sulit digambarkan dengan kata-kata. Melalui musik, seseorang dapat
meluapkan kesedihan, kemarahan, atau kebahagiaan yang tersimpan dalam hati
