Luthfia Zahra pelajar inovasi anak muda Telkom University sedang belajar coding robotik

Kode, Robot, dan Bumi yang Hijau: Jejak Digital Luthfia 10 Tahun ke Depan

Oleh: Luthfia Zahra Maulidza

Sepuluh tahun adalah waktu yang panjang untuk bermimpi, namun terasa singkat untuk diperjuangkan. Di tengah waktu yang terus berjalan, aku menumbuhkan harapan besar bahwa impian yang kucita-citakan bukan hanya tentang kesuksesan pribadi, tetapi tentang bagaimana aku bisa membantu perubahan nyata di negara ini.

Seringkali muncul pertanyaan dalam benakku, “Aku mau jadi apa, ya?” atau “Hal apa yang sudah kulakukan untuk masa depan?”

Pertanyaan-pertanyaan itulah yang mendorongku melangkah maju. Dulu, ketakutan sering menghalangiku—takut mencoba, takut salah, hingga takut dinilai sok tahu. Namun, aku sadar bahwa kesuksesan tidak datang tiba-tiba. Aku ingin tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, tangguh, dan kritis. Aku belajar untuk keluar dari zona nyaman dan terus melakukan upgrading diri.

Perkenalkan, aku Luthfia Zahra Maulidza. Ketertarikanku pada dunia teknologi bermula saat aku memberanikan diri mengikuti lomba yang memberikan materi dasar Python. Awalnya membingungkan, namun perlahan aku jatuh cinta. Bagi orang lain mungkin rumit, tapi bagiku, coding adalah seni memecahkan masalah (problem solving) yang menantang.

Kecintaanku berlanjut di ekstrakurikuler robotik. Di sanalah aku belajar logika pemrograman, membuat proyek sederhana, hingga berani mengikuti kompetisi karya tulis ilmiah. Pengalaman ini membawaku pada lomba penulisan artikel yang diselenggarakan oleh Telkom University. Aku melihat ini bukan sekadar lomba, melainkan pintu gerbang untuk mempertegas visiku.

Sepuluh tahun yang akan datang, aku membayangkan diriku sebagai seorang Software Developer profesional dan lulusan Teknik Informatika dari Telkom University. Mengapa? Karena aku membutuhkan ekosistem yang mendukung inovasi anak muda di bidang teknologi dan IoT (Internet of Things).

Mimpiku sangat spesifik: Aku memiliki ambisi menciptakan sistem berbasis hardware dan software untuk mengatasi masalah sampah. Data SIPSN 2024 menunjukkan sampah plastik menyumbang 19,74% dari total sampah. Angka ini menakutkan jika dibiarkan. Sebagai bagian dari generasi pelurus, aku ingin berkolaborasi merancang teknologi daur ulang cerdas agar limbah plastik menjadi sesuatu yang bernilai guna.

Tidak berhenti di situ, visi sosialku adalah membangun sebuah “Rumah Teknologi”. Ini adalah ruang belajar bagi anak-anak di lingkunganku agar mereka bisa memahami cara kerja teknologi sejak dini. Aku ingin memastikan masa depan pendidikan di Indonesia tidak hanya melahirkan pengguna teknologi, tetapi juga pencipta teknologi.

Untuk mewujudkan itu, aku mempersiapkan diri mulai detik ini. Aku melatih logika lewat game seperti Sudoku dan line puzzle, memperdalam bahasa pemrograman, dan melatih public speaking.

Sepuluh tahun ke depan, aku tidak hanya ingin sukses sendiri. Aku ingin menjadi bukti bahwa dengan ilmu dan teknologi, kita bisa menebar kebermanfaatan. Aku yakin, api semangat ini tidak hanya akan menyala untuk diriku, tetapi juga menghangatkan dan menerangi orang-orang di sekitarku.

Leave a Reply